KUALITAS DIRI PEMUDA PEMUDI INDONESIA

     Indonesia, negeri seribu pulau, mempunyai beragam keunikan dan perbedaan macam suku, agama, ras, dan golongan (sara). Keberagaman Indonesia membutuhkan pelestarian, perawatan, dan penjagaan agar tidak mudah tergerus oleh perkembangan global. Indonesia ialah negeri bersahaja karena keunikan dan keberagamannya, yang tentu membutuhkan penggerak dan penegak yang tepat sebagai panji dalam mengarahkan kemajuannya. Generasi emas yang tepat dalam mengemban amanat besar untuk memajukan dan menjaga Indonesia adalah pemuda-pemudi.

            Kunci dari pembangunan Negara Indonesia ialah kualitas diri para pemuda-pemudi. Pemuda sebagai pengemban amanat, sedari kecil hendaknya ditanamkan nilai-nilai kemanusiaan, supaya rasa keIndonesiannya dalam bernegara mendarah daging dalam jiwa. Emha Ainun Najib dalam buku berjudul Pemimpin yang Tuhan “setiap manusia memastikan dirinya berperilaku manusia. Berakal manusia, berhati manusia, berperasaan manusia, berkepakaan dan kecerdasan manusia, berdaya kreatif dan inovatif manusia, serta berkelembutan dan kemurahan jiwa manusia”. Pemuda generasi penerus dan penegak tombak moralitas bernegara hendaknya mampu mengaktualisasikan pesan tersurat Emha tersebut.

       Moralitas pemuda dalam bernegara sebagaimana yang telah dijelaskan Emha, diharapkan mampu membendung tingkat kriminalitas korupsi di Indonesia. Dengan begitu korupsi akan terminimalisasi bahkan menghilangkan tindakan kejahatan tersebut. Pemuda sebagai generasi yang akan meneruskan tombak pemerintahan dan penentu kebijakan kelak, akan sulit dan bahkan enggan berpikir membeli kursi kekuasaan serta hilangnya penguasa yang berorientasi pada penindasan rakyat.

     Nilai-nilai moral pun dalam berbagai hal meskipun kecil harus diterapkan sejak dini seperti rasa bertanggung jawab, jujur, bertutur kata dan berperilaku yang baik sesuai lingkungan sekitar. Hal kecil dari bentuk tanggung jawab adalah tentang membuang sampah pada tempatnya. Indonesia sebagai negara maritim yang memiliki laut lebih luas daripada daratan. Akan tetapi masyarakat Indonesia masih minim pengetahuan tentang akibat membuang sampah di laut. Terbukti dengan banyaknya sampah plastik yang sudah bertahun-tahun terpendam di kedalaman laut sehingga ikan-ikan tidak sehat dan mati serta pemandangan laut menjadi kotor. Tidak hanya itu, masyarakat juga belum memiliki kesadaran betapa pentingnya membuang sampah di tempat sampah. 

          Solusi dari masalah tersebut ialah perlu mengadakan pendidikan tentang pengolahan sampah yang baik dan tepat di sekolah atau di lingkungan sekitar. Masyarakat mempelajari bagaimana mendaur ulang sampah yang bisa menjadi sebuah karya dan ada nilai ekonomisnya. Tidak hanya itu, membuat peraturan pembuangan sampah berupa denda, sanksi sosial, atau penghargaan bagi yang mentaati peraturan itu. Contohnya jika ada seseorang melanggar membuang sampah sembarangan, orang itu menyapu selama seminggu, namun yang mematuhinya diberi hadiah yang bermanfaat bagi orang tersebut.

     Selain itu, pemuda-pemudi Indonesia ada pembekalan nasionalisme sejak dini. Sifat kenasionalan, cinta akan adanya tanah air, meliputi pemahaman dan penerapan dari semboyan Negara Indonesia “Bhenika Tunggal Ika” yang artinya berbeda-beda tetapi satu jua. Tujuannya mewujudkan Indonesia tetap bersatu karena perbedaan , dicapai melalui kerukunan antar umat beragama, budaya yang unik, berbagai macam suku, dan ras. Presiden Joko Widodo pernah mengatakan dalam acara halalbihalal kebangsaan di Yayasan Pendidikan Islam Nasima Semarang bahwa Indonesia akan bisa menjadi bangsa yang tangguh, rukun, menjaga keharmonisan, damai, dan menjadi panutan bangsa-bangsa lain di dunia dalam mengelola keberagaman dan kemakjemukan. 

           Pada era sekarang, cerminan dari Bhenika Tunggal Ika berada di Fakfak Papua Barat yang memiliki moto satu tungku tiga batu. Filosofinya tungku adalah simbol kehidupan, tiga batu adalah simbol dari kau, saya, dan dia yang mengikat perbedaan antara agama, status sosial, suku dalam satu persaudaraan. Dengan kata lain, masyarakat bergotong royong dalam berbagai hal, seperti membantu pembangunan tempat ibadah walaupun bukan ummat yang sama. Warganya pun mempersilahkan umat Islam beribadah di rumah ummat kristiani ketika umat tersebut sedang melakukan perjalanan yang jauh. 

           Toleransi tersebut patut dicontoh ditengah-tengah krisis rasa menghormati dan mengharagai latar belakang orang lain. Masa kini, bangsa Indonesia sangat sensitif tentang sara terlebih yang paling intens tentang agama. Orang-orang Indonesia berpindah keyakinan langsung dibully di media-media sosial. Pembangunan tempat ibadah yang tidak sama di lingkungan tersebut dipersulit bahkan dilarang mendirikannya, dan yang sempat booming kasus pemakaman umat kristiani yang harus dibongkar di lingkungan agama Islam, namun pada akhirnya makam itu tidak jadi dibongkar dengan syarat ditiadakan tanda salib.

    Rasa keintoleransi itu bisa dihentikan dengan menerapkan doktrin-doktrin nasional di masing-masing pemuda pemudi Indonesia. Keefektifan penyebaran ini dapat melalui media sosial yang sekarang cenderung digunakan oleh banyak masyarakat. Media sosial mempunyai pengaruh yang besar dalam pembuatan konten tentang toleransi. Selanjutnya, megumandangkan lagu Indonesia Raya di tempat-tempat publik dan masyarakat harus berhenti beraktifitas untuk mendengarkannya. 

        Jadi, kunci sebuah negara bisa utuh atau binasa ialah dari para pemuda pemudinya. Mengedukasi pemuda dan pemudi untuk membekali diri sejak kecil dengan nilai-nilai manusia, moral, dan Bhenika Tunggal Ika. Tidak hanya teori namun adanya aksi-aksi di kehidupan nyata untuk merealisasikan membangun NKRI bisa lebih baik dan progresif. 

Comments